TRIBUNNEWS.COM -- Hasil Analisis Terbaru Indonesia Indicator Risma Bakal Jadi Primadona Baru Politik Indonesia? Kebon Sirih, Warta Kota Dalam pergerakan situasi politik di Indonesia yang terus bergerak, muncul nama Tri Rismaharini, wali kota Surabaya, Jawa Timur sebagai salah satu Top Person dalam dunia politik di Indonesia.
Sebuah pencapaian baru atau eforia sesaat? Hal itu disampaikan oleh Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang pada pengantar rilis hasil analisis media terbaru terhadap pemberitaan media massa atas Tri Rismaharini. Berita-berita yang dianalisis oleh Indonesia Indicator mencakup pemberitaan pada periode 1 Desember 2013 – 27 Februari 2014.
Dipaparkan bahwa eksposur atas Tri Rismaharini, yang akrab dengan panggilan Risma, di media massa semakin kencang meninggalkan figur- figur lain di ranah politik Indonesia. Heboh isu pengunduran dirinya dari kursi Wali kota justru menempatkannya sebagai primadona baru dalam pentas perbincangan politik melebihi eksposur yang dialamatkan padanya karena prestasi-prestasinya selama ini.
"Kemunculan nama Risma menjadi trending topik politik bersaing dengan nama Jokowi, Presiden SBY, serta para kandidat capres Indonesia seperti Prabowo, Aburizal Bakrie, serta Wiranto dalam minggu ini," ujar Rustika.
Menurut Indonesia Indicator, fenomena politik tersebut telah diukur oleh Indonesia Indicator (I2). I2 adalah lembaga riset berbasis piranti lunak Artificial Intelligence (AI) untuk menganalisis indikasi politik, ekonomi, sosial di Indonesia melalui pemberitaan (media mapping).
Monitoring dilakukan secara real time, 24 x 7 x 365, dengan cakupan 337 media online nasional dan daerah dalam waktu dua bulan terakhir, yakni sepanjang 2014. Metode pengumpulan dilakukan oleh perangkat lunak crawler (robot) secara otomatis dengan analisis berbasis AI, semantik, dan text mining.
Dengan menggunakan trending analysis pemberitaan dengan tema politik secara umum, nama Risma sudah muncul dalam cluster trending sejak sebulan lalu. Pada pertengahan Januari lalu nama Risma masih berada dalam zona pinggiran namun memasuki pertengahan Februari, Risma bergerak secara progresif mendekati Jokowi yang berada dalam zona pusat trending politik.
Bahkan pada 24 Februari, nama Jokowi tidak muncul, namun nama Risma masih terdeteksi menjadi trending politik meski pada saat yang sama media di Indonesia sedang mengarahkan perhatiannya pada krisis politik di Ukraina yang menempatkan nama Viktor Yanukovych sebagai trending terkuat.
Temuan Indonesia Indicator ini berasal dari 170 media yang membicarakan masalah politik selama periode 23 Januari - 24 Februari 2014. Begitu juga dalam lingkup yang lebih khusus, yakni pemberitaan mengenai PDIP.
"Meskipun masih kalah kuat dibandingkan Jokowi, nama Risma muncul kuat sebagai trending sejajar dengan jubir PDIP, Tjahjo Kumolo. Bahkan ketika dibandingkan dengan Megawati dan kader PDIP lainnya, nama Risma jauh lebih banyak dibicarakan media," ujat Rustika Herlambang. (Willy Pramudya)
Sebuah pencapaian baru atau eforia sesaat? Hal itu disampaikan oleh Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang pada pengantar rilis hasil analisis media terbaru terhadap pemberitaan media massa atas Tri Rismaharini. Berita-berita yang dianalisis oleh Indonesia Indicator mencakup pemberitaan pada periode 1 Desember 2013 – 27 Februari 2014.
Dipaparkan bahwa eksposur atas Tri Rismaharini, yang akrab dengan panggilan Risma, di media massa semakin kencang meninggalkan figur- figur lain di ranah politik Indonesia. Heboh isu pengunduran dirinya dari kursi Wali kota justru menempatkannya sebagai primadona baru dalam pentas perbincangan politik melebihi eksposur yang dialamatkan padanya karena prestasi-prestasinya selama ini.
"Kemunculan nama Risma menjadi trending topik politik bersaing dengan nama Jokowi, Presiden SBY, serta para kandidat capres Indonesia seperti Prabowo, Aburizal Bakrie, serta Wiranto dalam minggu ini," ujar Rustika.
Menurut Indonesia Indicator, fenomena politik tersebut telah diukur oleh Indonesia Indicator (I2). I2 adalah lembaga riset berbasis piranti lunak Artificial Intelligence (AI) untuk menganalisis indikasi politik, ekonomi, sosial di Indonesia melalui pemberitaan (media mapping).
Monitoring dilakukan secara real time, 24 x 7 x 365, dengan cakupan 337 media online nasional dan daerah dalam waktu dua bulan terakhir, yakni sepanjang 2014. Metode pengumpulan dilakukan oleh perangkat lunak crawler (robot) secara otomatis dengan analisis berbasis AI, semantik, dan text mining.
Dengan menggunakan trending analysis pemberitaan dengan tema politik secara umum, nama Risma sudah muncul dalam cluster trending sejak sebulan lalu. Pada pertengahan Januari lalu nama Risma masih berada dalam zona pinggiran namun memasuki pertengahan Februari, Risma bergerak secara progresif mendekati Jokowi yang berada dalam zona pusat trending politik.
Bahkan pada 24 Februari, nama Jokowi tidak muncul, namun nama Risma masih terdeteksi menjadi trending politik meski pada saat yang sama media di Indonesia sedang mengarahkan perhatiannya pada krisis politik di Ukraina yang menempatkan nama Viktor Yanukovych sebagai trending terkuat.
Temuan Indonesia Indicator ini berasal dari 170 media yang membicarakan masalah politik selama periode 23 Januari - 24 Februari 2014. Begitu juga dalam lingkup yang lebih khusus, yakni pemberitaan mengenai PDIP.
"Meskipun masih kalah kuat dibandingkan Jokowi, nama Risma muncul kuat sebagai trending sejajar dengan jubir PDIP, Tjahjo Kumolo. Bahkan ketika dibandingkan dengan Megawati dan kader PDIP lainnya, nama Risma jauh lebih banyak dibicarakan media," ujat Rustika Herlambang. (Willy Pramudya)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan